Kamis, 22 Februari 2018


Hallo educa...
Sudah pernah mendaftar anggota Perpusnas belum?
Hafal nomor anggotanya nggak?
Hafal passwordnya?

Jadi ceritanya begini, saya dulu sempat mendaftar keanggotaan perpusnas. Sudah lama banget. Saat itu kan diberi nomor anggota dan juga password. Eh ternyata nomor anggota dan password saya lupa di taruh mana. Saya cari-cari email juga gak ada. Yaudah deh ya akhirnya saya search bagaimana cara meminta nomor anggota dan password saya yang lupa itu. secara sudah gak bisa daftar lagi, karena daftarnya menggunakan nomor KTP. Dan sampailah saya dibawa ke sebuah blog yang menjelaskan bahwa nomor anggota dan password bisa kita minta kembali dengan berkirim email ke alamat layanan_esources@perpusnas.go.id

Pada 12 Desember 2017 kemarin saya berkirim email untuk meminta nomor anggota dan password ke email tersebut. Saya tunggu-tunggu belum juga dibalas. Hingga tanggal 22 Februari 2018 saya mendapatkan email balasan dari email tersebut. Dengan bahasa yang sopan, admin memberikan nomor anggota dan password saya yang baru, dan menjelaskan bahwa jika ada pertanyaan terkait keanggotaan (misal lupa password atau no anggota) dapat langsung menghubungi di email ini:
layanan_keanggotaan@perpusnas.go.id
dan berikut nama admin/librariannya: Arief Wicaksono, 081311610001, arief_wicaksono@perpusnas.go.id

Selamat mencoba...




Hallo educa...
Judulnya bikin merinding yeee. Jadi ingat dulu saya sering banget penasaran kira-kira bagaimana seseorang itu bertemu dengan jodohnya, apakah mereka saling mencintai, apakah cinta itu bisa tumbuh setelah menikah. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat galau sendiri.

Tapi memang ya, pada usia 25 tahun ke atas seorang wanita dan pria sering dilanda dilema masalah percintaan. Dan jodoh datangnya tidak bisa ditebak. Ada yang sudah pacaran lama, tapi belum tau hubungannya mau dibawa kemana. Ada yang sudah cinta mati tapi malah diselingkuhi. Ada yang sudah berusaha mencari kenalan sana sini tapi tetap saja hp sepi. Bahkan waktu dan tempatnya pun kita tidak bisa menentukan harus dimana dan kapannya. Saya sendiri baru menikah ketika berumur 28 tahun. Dan itupun harus melalui tangisan bombay.

Ceritanya berawal ketika saya baru saja menyelesaikan studi S2 saya di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Dekat dengan beberapa orang selama di Jogja tidak lantas membuat saya menemukan seseorang yang cocok untuk membina rumah tangga. Sehingga saya merasa saat itu adalah saat yang tepat untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik lagi.

Hingga suatu hari saya diterima bekerja di salah satu universitas swasta yang ada di Bogor pada awal tahun 2016. Dan sejak itulah saya mulai dekat lagi dengan temannya teman saya yang dulu sempat menjadi teman mendaki semasa di Jogja. Dan kamipun menjalin hubungan LDR sebut saja dengan Mas A. Dari situ kami selalu berkomunikasi dan membuat perencanaan ke depannya seperti apa. Perencanaan sudah dibuat dengan matangnya. Kamipun saling mendoakan untuk kelancaran hubungan kami ke depannya, karena sepertinya ini tidak akan mudah. Mas A sedang menunggu program PNS Guru Garis Depan (GGD) di daerah terpencil. Taukan yang programnya pemerintah itu. Dan hubungan kami harus semakin kuat untuk menghadapi rintangan di depan.

Hingga suatu saat muncullah permasalahan. Program PNS GGD tidak kunjung memberikan kabar gembira. Hingga pada pertengahan tahun 2016 Mas A memutuskan untuk berpisah dengan saya karena tidak mau saya menunggu terlalu lama untuk menikah. Padahal saya masih bersedia untuk menunggu, tapi dia tidak mau. Saat itulah hati saya mulai tercabik-cabik, merasa bahwa Allah tidak adil. Bagaimana mungkin saya bisa menemukan seseorang yang cocok dalam waktu dekat ini. Sedangkan saya termasuk orang yang susah membuka diri. Saya sedih, bukan karena Mas A gak jujur. Saya yakin dia jujur, dan saya mengerti beratnya beban pikiran yang dipikulnya. Sampai saya menangis 3 hari 3 malam, gak nafsu makan, higga dalam waktu seminggu badan saya mulai kurus sampai orang-orang di sektar saya merasa pangling.

Sebulan pertama saya masih berusaha untuk mengembalikan hubungan kami. Saya selalu menelfonnya. Tetapi lama-lama telfon saya tidak pernah diangkat lagi. Saat itulah saya sadar, harus segera move on. Posisi saya yang bekerja di Bogor yang sangat jauh dari keluarga yang ada di Kediri membuat saya semakin bersedih. Hingga saya berencana untuk resign pada akhir tahun untuk mencari pekerjaan di daerah Jawa Timur saja.

Rencana saya tentu diketahui oleh teman-teman terdekat saya, termasuk juga Mas H, yang saya kenal pertama kali pada bulan Maret 2016. Kami tergabung dalam grup komplek dimana orang-orang rantau mencari kebahagiaan. Kami sering main bareng, makan bareng, kemana-mana bareng, barengnya dengan banyak orang, bukan berdua saja. Hingga kami merasa seperti keluarga. Sayapun akhirnya sering menelfon dia untuk sekedar mencari hiburan, dan saran bagaimana agar bisa balikan dengan mantan saya. Dia pun memberikan solusi yang kadang serius dan kadang lucu.

Hingga pada Bulan September hubungan kami semakin dekat. Rasanya tidak enak ketika sehari saja tidak saling mengabari. Seingat saya tidak ada acara tembak-tembakan. Yang ada Mas H hanya bilang "Kita bikin batik couple yuk?". Hah buat apa bikin batik couple? Dan sayapun mencoba merspon permintaan dia "Iya kta beli bahannya saja trus jahit sendiri." Diapun mengiyakan.

Lama-lama Mas H ingin main ke Kediri bertemu dengan ortu saya. Dari situlah kami mulai terbuka tentang perasaan masing-masing. Saling menghargai, saling memperhatikan, dan saling menjaga. Kami mencoba untuk menjalani prosesnya setahap demi setahap. Karena ini juga tidak akan mudah, keluarga saya di Kediri sedangkan keluarganya di Tasik, membutuhkan waktu dan energi yang cukup terkuras untuk saling bertemu keluarga saja.

Dalam waktu singkat, pada bulan Oktober kami sudah saling mengunjungi keluarga. Bahkan tanggal pernikahanpun sudah ditentukan. Tidak percaya rasanya, benarkah ini terjadi? Dag dig dug rasanya menunggu pernikahan 4 bulan lagi.

Akhirnya kami menikah pada 22 Februari 2017 dengan lancar. Dan hari ini tepat 1 tahun usia pernikahan kami. Alhamdulillah. Kami selalu berusaha untuk saling menjaga, saling memperhatikan, saling memanjakan, dan saling mengingatkan satu sama lain. Saya selalu berdoa semoga pernikahan ini menjadi pernikahan yang membahagiakan hingga maut memisahkan, amiin.

Waktu Berkunjung Ke Tasik, Hometownnya Mas H

Buat yang masih jomblo, jangan bersedih yaaa. Suatu hari akan tiba saatnya seseorang meminangmu dengan cara yang indah. Kalo sudah sampai di sini jadi merasa bahwa galau itu wajar ya, suatu saat nanti rasa galau itu akan terbayar.

Semangat... ^ ^


Rabu, 21 Februari 2018


Hallo educa...
Sudah pernah punya pengalaman menjadi seorang reviewer jurnal? Kalau belum, buruan gih daftar, hehehe. Sejak saya masuk dalam dunia pengelolaan jurnal, sedikit demi sedikit saya jadi tahu seluk beluk pengelolaan jurnal.

Apa tugas dari reviewer?

Salah satu hal yang berkaitan dengan jurnal adalah reviewer, atau biasa disebut sebagai mitra bestari. Lalu apakah tugas dari reviewer/mitra bestari? Tugas mereka adalah membantu mereview artikel yang dikirimkan kepada mereka dan memberikan masukan supaya artikel tersebut lebih baik lagi kontennya. Sampai pada akhirnya mereka memberikan rekomendasi artikel tersebut harus diterima atau harus ditolak.

Bagaimana cara mendaftar sebagai reviewer?

Menjadi seorang reviewer jurnal itu gak harus expert di bidang perjurnalan, yang penting daftar saja dulu. Karena di luar sana banyak sekali jurnal yang membutuhkan reviewer dari luar kampusnya. Mengapa demikian? Karena hal tersebut menjadi salah satu syarat untuk mengajukan akreditasi. Kebetulan kemarin saya dapat info dari teman tempat nongkrongnya jurnal-jurnal yang membutuhkan reviewer. Silakan bisa mendaftar melalui webnya Relawan Jurnal di sini.
Ada satu lagi bonus. Jika Anda seorang pengelola jurnal dan membutuhkan reviewer bisa juga mencarinya di sini.

Berapakah honor reviewer jurnal?

Waduh, pertanyaan sulit nih, hahaha. Sistem pengelolaan jurnal itu bermacam-macam. Seorang pengelola jurnal bisa mendapatkan honor dari artikel yang direview mulai dari 50 ribu per artikel (bisa kurang, bisa lebih). Tapi banyak pula jurnal yang tidak memberikan honor, tapi hanya memberikan SK atau sertifikat saja sebagai ucapan terima kasih.

Jangan berkecil hati dulu. Bahkan reviewer yang sudah terkenal saja dia rela tidak dibayar untuk itu. Yang penting ada SK saja sudah alhamdulillah. Karena nanti SK itu akan bermanfaat untuk pengajuan jabatan fungsional bagi dosen. Tentunya, menjadi seorang reviewer jurnal akan menambah pengalaman kita. Semakin kita ahli, semakin kita dicari. Make good your performance, the left will follow.

Wujud SK reviewer jurnal itu seperti apa?

Wujudnya bermacam-macam yaaa. Tapi berikut ini akan saya beri contoh SK reviewer yang dikeluarkan oleh jurnal yang saya kelola. Lampirannya bisa dilihat di sini.

Mungkin itu sedikit tentang reviewer jurnal. Sekarang gak usah ragu lagi menjadi reviewer jurnal yaa. Selamat mereview... Semoga bermanfaat...


Selasa, 20 Februari 2018


Hallo educa...
Sebagai seorang dosen di universitas swasta pasti menjadi bagian dari Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta). Karena kampus saya berada di wilayah Jawa Barat, sehingga menjadi bagian dari Kopertis 4. Berhubung saya sedang dalam proses mengajukan jabatan fungsional, jadi saya membutuhkan informasi-informasi berkaitan dengan janfung. Maklum, udah kebelet pengen tes serdos, hehehe.

Setelah tanya sana sini, ternyata bisa lo kita berlangganan info-info penting dari kopertis. Tapi ini khusus untuk kopertis wilayah 4 saja yaaa. Caranya dengan mendaftarkan email kita di portal kopertis 4, tepatnya di pojok kanan atas seperti yang dilingkasi warna merah pada gambar di bawah ini.

Lingkaran Merah untuk Mendaftarkan Email

Hayuklah ya, yang tidak ingin ketinggalan tentang berita-berita dari kopertis 4 bisa segera mendaftar di www.kopertis4.or.id

Selamat mencoba... Semoga bermanfaat...

Categories EDUCA

Statistics

Ratna Educa. Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Tentang Penulis

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang yang suka belajar banyak hal, terutama tentang manusia dan kehidupannya. Karena setiap manusia itu memiliki keunikan dengan segala keterbatasannya. Dari situ kita bisa saling mengambil pelajaran, dan menghargai perbedaan.

Popular Posts